Sebentar lagi akan kita rasakan nuansa
semarak memperingati hari kelahiran nabi besar Muhammad saw di berbagai tempat.
Rasa kecintaan untuk meneladani kehidupan Rosulullah masih bergelorah di dalam
dada. Semangat untuk mendalami kehidupan keseharian Rosulullah yang penuh
kesederhanaan semakin membakar setiap jiwa insan yang mengaku sebagai umat
beliau.
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
"Tidaklah Kami mengutusmu wahai Muhammad kecuali untuk menjadi
rahmat sekalian alam" (Al-Anbiyah: 107)
Rosulullah bukan hanya menjadi rahmat buat kaum
muslimin yang menjadikan beliau sebagai panutan dan contoh sejati dalam
merealisasikan ketaatan kepada Allah, dalam bersosialisasi sehari, menjadi
ayah, menjadi suami, menjadi kakek bahkan menjadi seorang pemimpin. Tetapi Rosulullah
juga adalah rahmat untuk alam sejagat ini, yang di sana hidup manusia-manusia
yang tak pernah tahu dan mau tahu buat apa mereka diciptakan oleh Allah. Dengan
diutusnya Rosulullah saw ke dunia, dengan membawa cahaya islam, Islam telah
mampu merubah kehidupan umat manusia ke arah kehidupan yang penuh makna,
menerangi denagn ilmu pengetahuan dan kemakmuran.
Saat zaman sekarang ini sedang mencari seorang
panutan yang ideal yang patut dicontoh, Al-Quran sejak 14 abad yang lalu telah
menegaskan:
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sungguh terdapat dalam diri Rosulullah suri tauladan yang
baik" (Al-Ahzab: 21)
Seorang sosok pribadi yang mulia, yang begitu
mencintai umatnya, saat kematian akan menjemput beliau yang beliau ingat dan
pikirkan adalah umatnya. Hari-hari Rosulullah pun semasa hidupnya adalah
memperhatikan bagaimana umatnya mendapat kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan
di akherat.
Saat ini kita masih berada dalam bulan rabiul awal yang mulia, yang
mana bukan hanya pada bulan ini saja Rosulullah dilahirkan tetapi pada bulan
ini juga beliau diwafatkan oleh Allah SWT, kisah wafatnya begitu menyayat hati
kalau kita mengingatnya kembali. Kisah wafatnya Rosulullah sungguh akan
menggugah jiwa-jiwa beriman, duka itu masih berbekas walaupun sudah 14 abad
berlalu jika kembali untuk dikenang.
Seorang sahabat Abdullah bin Mas’ud ra berkata:
“Ketika Rosulullah mendekati ajalnya, beliau mengumpulkan kami di rumah
‘Aisyah. Beliau memandang kami tanpa sepata kata, sehingga kami semua menangis
menderaikan air mata. Lalu beliau bersabda: "Semoga Allah menyayangi,
menolong dan memberikan petunjuk kepada kalian. Aku berwasiat agar kalian
bertakwa kepada Allah. Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah. Kalau
sudah datang ajalku, hendaklah Ali yang memandikan aku, Fudlail bin Abbas yang
menuangkan air, dan Usman bin Zaid membantu mereka berdua. Kemudian kafani aku
dengan pakaianku saja manakala kamu semua menghendaki, atau dengan kain Yaman
yang putih. Ketika kalian sedang memandikan aku, letakkan aku di atas tempat
tidurku di rumahku ini, yang dekat dengan liang kuburku nanti. "
Mendengar itu, seketika para sahabat menjerit histeris, menangis pilu,
sambil berkata: " Wahai Rasulullah, engkau adalah utusan untuk kami,
menjadi kekuatan jamaah kami, selaku penguasa yang selalu memutusi perkara
kami, kalau Engkau sudah tiada, lalu kepada siapakah kami mengadukan semua
persoalan kami!?"
Rasulullah Saw bersabda: "Aku sudah tinggalkan
untuk kalian jalan yang benar di atas jalan yang terang benderang, juga aku
tinggalkan dua penasehat, yang satu pandai bicara dan yang satu pendiam. Yang
pandai bicara yaitu Al-Qur’an, dan yang diam ialah kematian. Manakala ada
persoalan yang sulit bagi kalian, maka kembalikan kepada Al Qur’an dan
Sunnahku, dan andaikan hati keras seperti batu, maka lenturkan dia dengan
mengingat kematian.”
Semenjak hari itu, sakit Rasulullah saw bertambah
parah, selama 18 hari beliau menanggungnya. Smpailah tiba hari senin di hari
beliau menghadap Rabbnya. Sewaktu adzan shubuh Bilal ra datang menghampiri
pintu Rasulullah Saw seraya mengucapkan salam. Dari dalam rumah Fathimah putri
Rasulullah saw menjawab salam Bilal, dan ia membertahukan bahwa Rasulullah saw
dalam keadaan sakit. Bilal pun kembali ke masjid, tatkala shubuh mulai terang
sedang Rasulullah saw belum juga datang, Bilal kembali menghampiri pintu
Rasulullah. Mendengar suara Bilal, Rosulullah memanggilnya, lalu bersabda:
”Masuklah wahai Bilal, penyakitku rasanya semakin bertambah, suruhlah Abu Bakar
agar menjadi imam shalat dengan orang-orang yang hadir." Kemudian bilal
memasuki masjid dan memberitahu Abu Bakar agar beliau menjadi imam dalam sholat
tersebut. Ketika Abu Bakar melihat ke mihrab Rasulullah saw yang kosong, ia
tidak dapat menahan perasaannya, lalu ia menjerit dan akhirnya jatuh pingsan.
Orang-orang yang berada di dalam masjid menjadi bising sehingga terdengarlah
oleh Rasulullah saw. Rosulullah lalu memanggil fathimah lalu berkata: ”Wahai
Fathimah, ada apakah dengan jeritan itu, kenapa di dalam masjid sana begitu
gaduh?” Fathimah menjawab: ”Itu karena engkau tidak hadir mengimami wahai
Rosulullah.” Maka Rasulullah meminta Ali dan Fadhal bin Abbas untuk memapah
beliau masuk ke masjid, Rosulullah kemudian shalat bersama-sama mereka .
Setelah salam beliau menghadap ke arah kaum muslimin dan bersabda: ”Wahai kaum
muslimin, kalian masih dalam pemeliharaan dan pertolongan Allah. Untuk itu
bertaqwa-lah kepada-Nya dan taatilah Dia, sesungguhnya saya akan meninggalkan
dunia ini, dan hari ini adalah hari pertamaku di akherat dan hari terakhirku di
dunia.”
Kisah ini semakin membuat kita menjadi sedih saat
Rosulullah pulang kembali ke rumahnya, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut
supaya turun menemui Rasulullah saw dengan berpakaian sebaik-baiknya. Kemudian
menyuruh Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah saw dengan lemah lembut.
Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka dia dibolehkan masuk. Tetapi jika
Rasulullah tidak mengizinkannya, hendaklah dia kembali. Maka turunlah Malaikat
Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Sesampainya di depan pintu kediaman
Rasulullah saw, Malaikat Maut berkata: "Assalamualaikum wahai ahli rumah
kenabian, sumber wahyu dan risalah!". Fatimah pun keluar menemuinya dan
berkata kepada tamunya: "Wahai hamba Allah, Rasulullah sekarang dalam
keadaan sakit." Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi:
"Assalamualaikum, bolehkah saya masuk?" Rasulullah saw mendengar
suara Malaikat Maut itu, lalu ia bertanya kepada puterinya Fatimah:
"Siapakah yang ada di luar pintu itu?" Fatimah menjawab:
"Seorang lelaki memanggil baginda. Saya katakan kepadanya bahwa baginda
dalam keadaan sakit. Kemudian dia memanggil sekali lagi dengan suara yang
menggetarkan sukma."
Rasulullah saw bersabda: "Tahukah kamu siapakah dia?"
Fatimah menjawab: "Tidak wahai baginda."
Lalu Rasulullah saw menjelaskan: "Wahai Fatimah, dia itu adalah
melaikat maut yang memusnahkan semua kenikmatan, yang memutuskan segala nafsu
syahwat, yang memisahkan pertemuan, dan menghabiskan semua rumah, serta dia
yang meramaikan kuburan.”
Mendadak Fathimah menangis, lalu berucap: "Wahai Ayahku,
sesungguhnya aku takkan mendengar sabdamu lagi, juga tak kan mendengarkan
ucapan salam darimu sesudah hari ini.”
Rasulullah berkata: “Tabahkan hatimu wahai anakku Fathimah, sebab
sesungguhnya hanya engkau di antara keluargaku yang pertama berjumpa denganku.”
Kemudian Rasulullah saw bersabda: "Masuklah, wahai Malaikat
Maut." Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan:
"Assalamualaika ya Rasulullah."
Rasulullah saw pun menjawab: "Waalaikassalam wahai Malaikat Maut.
Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?
Malaikat Maut menjawab: "Saya datang untuk ziarah sekaligus
mencabut nyawa. Jika tuan izinkan akan saya lakukan. Jika tidak, saya akan
pulang."
Rasulullah saw bertanya: "Wahai Malaikat Maut, di mana engkau
tinggalkan Jibril?"
Jawab Malaikat Maut: "Saya tinggalkan dia di langit dunia."
Baru saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril datang lalu
duduk disamping Rasulullah saw. Kemudian Rosulullah berkata: "Wahai
Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahwa ajalku telah dekat?"
Jibril menjawab: "Ya, wahai kekasih Allah."
Rosul melanjutkan ucapannya: “Beritakan kepadaku akan kemuliaan yang
menggembirakan aku di sisi Allah.”
Jibril menjawab: “Semua pintu-pintu telah terbuka. Dan para malaikat
sudah berbaris menanti kehadiran Ruh-mu di langit. Pintu-pintu surga telah
terbuka, dan bidadari-bidadari sudah bersolek menanti kehadiran Ruh-mu.
Rasulullah saw berkata: “Segala Puji bagi Allah wahai Jibril, berilah
aku kabar gembira mengenai umatku kelak di hari kiamat!”
Jibril menjawab: “Aku beritahukan kepadamu wahai Rosulullah, bahwa
sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman: “Sesungguhnya sudah Aku larang semua
Nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau memasuki lebih dulu. Dan Aku larang
semua umat sebelum umatmu masuk lebih dulu.” (Hadist Qudsi)
Dengan tersenyum Rosulullah berkata: ”Sekarang sudah tenang hatiku dan
hilanglah kekhawatirankuku.” Beliau melanjutkan: ”Wahai malaikat maut,
mendekatlah kepadaku.”Malaikat Maut pun mendekati beliau dan mulailah mencabut
ruh Rosulullah.
Ketika sampai di perut Beliau bersabda: “Wahai malaikat Jibril,
alangkah pahitnya rasa sakaratul maut ini”. Malaikat Jibril memalingkan
wajahnya. Ketika itu Nabi Saw berkata: ”Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka
melihat wajahku!” Jibril menjawab: ”Wahai kekasih Allah, siapa kiranya yang
sampai hati melihat wajahmu, dan engkau dalam keadaan sakaratul maut.“
Anas ra berkata: ”Ketika ruh Nabi Saw sampai di
dada, beliau bersabda: ”Aku berwasiat kepada kalian, agar kalian memelihara
shalat, dan apa-apa yang menjadi tanggungjawabmu” sampai perkataan beliau
putus.
Rosulullah telah menghembuskan nafasnya yang
terakhir dengan tersenyum. Anas bin Malik melanjutkan ucapannya: "Ketika
aku di depan pintu rumah Aisyah, aku mendengar Aisyah sedang menangis dengan
kesedihan yang mendalam sambil mengatakan, "Wahai orang yang tidak pernah
memakai sutera, wahai orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak
pernah kenyang dari gandum, wahai orang yang telah memilih tikar daripada singgahsana,
wahai orang yang jarang tidur di waktu malam karena takut Neraka Sa'ir."
Begitulah ungkapan Aisyah seorang istri Rosulullah yang menyadarkan
kita bahwa begitulah keseharian Rosulullah tatkala beliau masih hidup. Padahal
beliau adalah orang yang telah dijamin Allah untuk masuk surga. Kini sudah 14
abad berlalu saat Rosulullah meninggalkan umatnya, tetapi ajaran beliau selalu
hidup dan akan selalu menghidupkan hati orang-orang beriman. Ada beberapa hal
yang hendaklah selalu diingat dan diwujudkan, sebagai wujud kecintaan kita
kepada Rosulullah saw:
Pertama: Ikhlas dan mengikuti tuntunan Rosululllah dalam beribadah
Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam firmannya:
فَمَنْ
كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً [الكهف:110[
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah
ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya." (Al-Kahfi: 110)
Rosulullah saw bersabda:
عائشة
رضي الله عنها من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد . أخرجه الشيخان
Barang siapa melakukan amalan bukan sesuai
dengan tuntunanku maka ia ditolak. (HR. Bukhori Muslim)
Kedua : Konsisten dalam ketaatan kepada Allah SWT
Saat Umar bin Khattab berteriak lantang dengan penuh kesedihan sambil
menghunus pedangnya sambil mengucapkan: "Barang siapa yang mengatakan
bahwa Muhammad telah mati akan aku tebas lehernya".
Setelah Abu bakar menutup kembali kain panjang yang menutupi wajah
Rosulullah yang mulia, tetesan air mata mengalir membasahi pipi dan janggutnya,
ia kemudian bangun dan melangkah keluar menjumpai Umar. Ia tahu perasan Umar
yang tidak dapat menerima kehilangan Rasul. Dia sendiri sedang bergelut dengan
kesedihan yang amat dalam. Lalu dia pun berseru dengan nyaring. Seruan itu
ditujukan kepada semua yang hadir terutama kepada Umar. "Barang seiapa
menyembah Nabi Muhammad, sesungguhnya Rasulullah benar-benar telah wafat. Dan
barang siapa menyembah Allah,maka Allah tidak pernah mati dan abadi
selama-lamanya."
Kemudian beliau membacakan sebuah firman Allah dalam Al-Quran:
وَمَا
مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ
قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ
فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
"Dan tidaklah Muhammad itu kecuali seorang Rasul. Sudah
berlalu rasul-rasul lain sebelumnya. Kerana itu, Apakah jika Muhammad meninggal
dunia atau terbunuh, kamu akan murtad dan kembali kepada agama nenek moyang
kamu? Sungguh barang siapa murtad kembali kepada agama nenek moyang, tidak
sedikit pun menimbulkan kerugian kepada Allah SWT. Dan Allah akan menganjarkan
pahala bagi orang-orang yang bersyukur." (Ali Imran:144)
Tiba-tiba Umar terjatuh lemah di atas kedua lututnya. Tangannya
menjulur kebawah bagaikan kehabisan tenaga. Keringat dingin membasahi seluruh
badanya. Bagaikan baru hari itu dia mendengar ayat yang sudah lama disampaikan
oleh Rasul kepada mereka. Kini hatinya benar-benar tersentak. "Benarlah
baginda telah pergi untuk selama-lamanya. Kau pergi meninggalkan kami yang amat
mencintaimu," rintih hati Umar.
Dan tangis kecintaan tersebut terus merambat ke hati para sahabat dan
ke seluruh hati umat sehingga akhir zaman. Kecintaan orang beriman kepada
Rasulnya yang tidak pernah putus sekalipun oleh kematian karena kecintaan atas
dasar iman itu tetap lestari dan abadi.
Walau Rosulullah telah tiada, ketaatan kepada Allah harus terus adalah
selamanya.
Ketiga : Meneladani kehidupan Rosulullah
Banyak sisi dari kisah kehidupan Rosulullah yang mesti diteladani oleh
umat islam, apalagi pada saat sekarang ini, bangsa kita sangat membutuhkan
pemimpin yang dapat membimbing bangsa yang bukan hanya selamat dari krisis
global, tapi yang lebih penting dari pada itu seorang pemimpinyang juga dapat
membimbing bangsa hingga mereka selamat di akherat kelak.
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sungguh terdapat dalam diri Rosulullah suri tauladan yang
baik" (Al-Ahzab: 21)
Keempat : Mencintai Rosullullah
Mencintai Rosulullah adalah kewajiban, membela kehormatan Rosulullah
merupakan keharusan, karena itu adalah tanda dari keimanan. Sebagaimana sabda
Rosulullah dalam hadist shahih:
عن
أنس رضي الله عنه: لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده ووالده والناس أجمعين
Kelima: Berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunah
Umat saat ini sangat dituntut untuk benar-benar kembali kepada
Al-Quran dan Sunah sebagaimana pesan Rosulullah ketika akan wafat, itulah yang
akan membimbing mereka menuju keselamatan di dunia dan akherat.:
وَأَنَّ
هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ
فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ [الأنعام:153[
"Ini adalah jalanKu yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena
jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (Al-An'am : 153)
Assalamualaikum wr wb..
BalasHapusBaiklah disini saya bernama Febi Bayuri, kelas XI IPS 1 saya akan menanggapi sebuah artikel yang sangat bermanfaat dari abialfina.blogspot.com.
Dari artikel yang saya baca ini yang berjudul "RASULULLAH SAW TELADAN SEPANJANG MASA" mempunyai banyak sekali manfaat-manfaat yang dapat kita ambil. kita sebagai umat islam wajib mencontoh teladan kehidupan Rasulullah saw. dan juga kita harus menjadikan rasulullah panutan dalam hidup kita.
bahkan sebelum rasulullah meninggal dunia dia berpesan kepada para sahabatnya yaitu "Aku berwasiat agar kalian bertakwa kepada Allah. Dan Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah."
rasulullah saw juga meninggalkan dua penasihat yaitu pertama Al-Quran dan kedua Kematian. maka dari itu kita sebagai umat muslim yang taat haruslah bisa mengamalkan al-quran sebagai pedoman hidup kita. dan juga kita harus banyak berbuat kebaikan supaya kita siap untuk menghadapi kematian.
Abi jujur saya meneteskan air mata, ketika membaca sebuah cerita menjelang wafatnya rasulullah saw. beliau begitu perhatiannya kepada seluruh umatnya untuk selalu berbuat kebaikan dan mengerjakan shalat. beliau tidak pernah berhenti berwasiat kepada umatnya untuk memelihara salat dan berbuat kebaikan.
baiklah maka dari itu kita harus meneladani kehidupan rasulullah saw dan menjalankan wasiatnya. agar kita menjadi umat yang taat kepada rasulullah saw.
terima kasih wassalamualaikum wr wb...